Buletin Al-Jazeera dibagi secara cuma-cuma ke Masjid-masjid di Kepulauan Sapeken, Kangean, Bali, Kupang, Batam dan Jakarta dalam rangka program pencerdasan ummat. Infaq dan sedekah anda sangat membantu kelangsungan buletin dakwah ini. Salurkan bantuan anda ke Bank Mandiri Cabang Jakarta Kramat Raya no.rek: 1230005638491 an: Khairiyah (0813-1132.7517)

Selasa, 01 Februari 2011

TERHINDAR DARI KERUGIAN DUNIA DAN AKHIRAT

Buletin Al-Jazeera, edisi 12/th.2/2010
  
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. 103/Al-‘Ashr : 1-3)

Secara umum manusia itu seluruhnya akan menderita kerugian, karena kerugian itu meliputi kebinasaan diri dan usianya. Kerugian yang mencakup segala aspek kehidupannya, kerugian dunia maupun kerugian akhirat. Seperti kerugian dalam perniagaan, kerja-kerja manusia maupun kerugian memanfaatkan umur dan waktu yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Iman dan amal shaleh yang menjadi syarat utama keluar dari kerugian merupakan dua hal yang saling berkaitan, ibarat mata rantai yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ini menunjukkan, tidak berguna keimanan seseorang tanpa disertai dengan amal shaleh, begitu juga sebaliknya tidak akan diterima amal shaleh tanpa keimanan kepada Allah swt. Karena dari keimanan berasal setiap cabang kebaikan dan buah kebaikan. Dan Allah menegaskan bahwa setiap amal menjadi sia-sia tanpa didorong keimanan yang benar terhadap Allah SWT.

    “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (Qs. 24/An-Nur : 39)
Orang-orang kafir tidak akan pernah mendapatkan balasan kebaikan yang mereka lakukan, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas keimanan yang benar kepada Allah SWT. Begitu juga dengan seorang muslim yang hanya meyakini Allah sebagai Tuhannya tanpa melahirkan amal-amal ketaatan kepada Allah SWT. Karena ia baru melaksanakan satu aspek keimanan dari syahadat LAA ILAHA ILLALLAH, belum melaksanakan aspek syahadat yang kedua yakni MUHAMMADURRASULULLAH senantiasa beribadah kepada Allah swt dengan mengikuti Rasulullah SAW. Implementasinya adalah, iman merupakan pendorong dan amal adalah buah, pembangunan dan pemakmuran menuju Allah SWT. Bukanlah sesuatu yang pasif, diam dan bersembunyi di dalam hati. Bukan juga sekedar kumpulan niat baik yang tidak pernah tercermin dalam bentuk amal, perbuatan dan gerak. Karena iman memang menuntut pembuktian dengan amal yang islami, baik dalam kaitannya hubungan dengan Allah maupun sesama makhluk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam perkataan Ubeid bin ‘Umeir (w.68 H)  dan Imam Hasan Al-Bashri (12-121 H)  dari tabi’in senior, “Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi apa yang terhujam di dalam hati harus dibuktikan dengan amal.” (Dha’ifah Syeikh Albani, Juz 3/217; Takhrij wa tahqiq Kitab Mufradat Abu Khuzaifah al-Kurdi, 1/13)
Kepedulian seorang mukmin terhadap saudaranya dalam hal kebaikan adalah buah keimanan. Saling berpesan dalam kebenaran untuk senantiasa komitmen dalam kebenaran tentu sangat dibutuhkan, karena untuk menegakkan dan melaksanakan kebenaran itu butuh bantuan orang lain. Saling berpesan berarti menasehati, memberikan peringatan, memberi dukungan, memotivasi serta menyadarkan. Karenanya, seseorang tidak akan mampu untuk melaksanakan kebanaran dan kebaikan yang menyeluruh atau sempurna secara individual tanpa ada keterlibatan orang lain.
Begitu juga saling berpesan dengan kesabaran untuk senantiasa istiqamah dengan amal-amal kebaikan sangat diperlukan karena bisa meningkatkan kemampuan, semangat dan perasaan kebersamaan. Terlebih lagi dalam meyakini, menjalani serta menyeru kepada kebenaran dalam perjalanannya senantiasa mendapatkan tantangan, rintangan dan hambatan yang beragam bentuknya. Dalam riwayat Ibnu Mas’ud disebutkan, “Kesabaran adalah setengah dari realisasi iman seseorang.” Imam Thabarani. Shahih Mauquf, Fathul Bari’ 1/41; Shahih Targhib (3397)
Inilah pentingnya kepedulian seorang mukmin terhadap saudaranya dalam dua hal yang saling berkaitan yakni kebenaran dan kesabaran sehingga bisa masuk surga secara berjama’ah atau ramai-ramai. Dan ini menunjukkan kepedulian seseorang mukmin sangat dibutuhkan bagi mukmin lainnya karena mereka membutuhkan satu sama lainnya. Jika ada seorang mukmin tidak peduli dengan urusan mukmin yang lainnya maka ia bukanlah termasuk dalam golongan itu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka.” Dha’if Jiddan dari Hudzaifah Ibnul Yaman, Takhrijul-Ihya’ oleh Imam Al-‘Iraqi,2/227; Majma’ Zawa’id Al-Haitsami 10/248. Ini perkataan Dawud bin ‘Ali, cucu Ibnu ‘Abbas. Ahadits wa Marwiyat Fil-Mizan Juz 3/134.
Imam Syafi`I rahimahullahu ta’ala memberitahukan kepada kita ada lima kewajiban pokok seorang muslim. Imam ibnu Katsir dan umumnya ahli tafsir membawakan qaul Imam Syafi’i ini ketika membahas al-Qur’an surah al-Ashr yang ada di atas, lima kewajiban kita itu adalah:
1.       Senantiasa belajar Islam, yang dengan ilmu inilah kita akan terangkat dan kebanyakan ahli surga adalah orang-orang yang berilmu. “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. 58/Al-Mujadilah : 11)
2.       Setelah berilmu, mengimani. Orang yang paling kuat imannya, dan orang yang paling takut pada Allah adalah ‘ulama (orang2 yang berilmu). Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. 35/Faatir : 28)
Setelah itu kita dapat ilmu, mempunyai iman dan kita amalkan. Dan karena itu para ulama’ menyebutkan kekuatan ilmu ada pada iman kekuatan iman ada pada akhlaq dan dari akhlaq ini akan lahir pradaban-pradaban, akar-akar budaya.
3.       Kita dakwahkan, watawashau bilhaq watawashau bis-shabr. Dan yang terakhir setelah kita dapat ilmu, iman yang kuat, kita amalkan dan kita dakwahkan kita akan diuji oleh Allah swt. dan dalam ujian itulah imam Syafi`i mengatakan kita dimintanya untuk
4.       Sabar, keutamaan sabar adalah disebutkan dalam al-Qur’an lebih 70 kali yang semuanya dihubungkan dengan kebajikan dan kemuliaan, dan orang yang senantiasa bersabar akan mendapatkan maiyatullah (kebersamaan Allah SWT). Allah SWT tegaskan dengan firmannya, “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. 2/Al-Baqarah : 153)
5.       Istiqamah, yaitu kokoh dalam Aqidah dan konsisten dalam ibadah. Sehingga disebutkan dalam sebuah riwayat begitu pentingnya keistiqahan ini Rasulullah berpesan kepada seseorang. “Dari Sufyan bin Abdullah r.a berkata, Aku telah berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, “Katakanlah aku beriman pada Allah kemudian beristiqamahlah.” (HR. Muslim)
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanannya sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal tetap memperhatikan halal haram, dicaci dipuji sujud pantang berhenti. Orang seperi inilah yang dipuji Allah SWT. sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Qs. 41/Fushshilat : 30)
Sungguh setiap kita mendambakan kesuksesan, keberuntungan, keberhasilan serta kebahagian di dunia dan di akhirat kelak. Semoga segala bentuk upaya yang sudah kita lakukan mengantarkan kita kepada kesuksesan dunia dan akhirat dan terhindar dari segala bentuk kerugian. Amiin.
Taufiqurrahman

Tidak ada komentar: