Buletin Al-Jazeera, edisi 19/Th.4/2012
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لاَ يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي
Dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi s.a.w bersabda kepada Ka'b bin Ujrah, "Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh." Ka'b bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh? Sabda Nabi:
"Yaitu para pemimpin sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan di atas sunnahku. Barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka. Maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya. Mereka tidak akan bisa masuk ke dalam telagaku. Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka. Mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku.”
Hadits hasan. HR Imam Ahmad dan Imam Darimi. Shahih Targhib wat-Tarhib no.: 2242
SAPEKEN DALAM SOROTAN.
Kepemimpinan lokal di kecamatan Sapeken beberapa bulan yang lalu, mendapat sorotan tajam. Keterlibatan beberapa elit pimpinan tingkat desa yang diduga menggelapkan beras untuk masyarakat miskin (raskin), mendapat perlawanan dari masyarakat kepulauan. Isu ini tidak hanya menjadi komsumsi lokal, namun sudah menjadi isu nasional di berbagai media. Masyarakat desa bereaksi keras, sampai membangun people power, demo besar-besaran. 24 Desember 2011, terjadi kesepahaman waktu jatuh tempo penggantian ratusan ton raskin antara kepala desa dengan pihak rakyat. Namun dikemudian hari, nota kesepahaman ini mengalami perubahan tanggal yang diperpanjang hingga 31 Maret 2012. Setelah 10 tokoh masyarakat melakukan tatap-muka bersama tim raskin yang dihadiri 9 kepala desa dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep di Sumenep, Rabu (11/01). Demikian info dari www.sumenep.go.id, diakses Rabu (11/012012) 23:57 WIB.
Reaksi keras masyarakat terhadap elit desa di kecamatan Sapeken ini, kalau dilihat dari sudut ilmu-ilmu sosial disebabkan karena timbulnya sikap ketidak-puasan (discontent) di kalangan masyarakat luas. Ketidak-puasan ini disulut oleh kekecewaan masyarakat, yang awalnya menaruh nilai harapan (value expectations) terhadap sang pemimpin. Namun pada kenyataannya tidak diimbangi dengan nilai kapasitas (value capabilities) dari pemimpin. Masyarakat kecewa, karena pemimpin yang diharapkan dapat mencarikan jalan keluar dari kemiskinan, justru memiskinkan mereka, sehingga masyarakat kehilangan kepercayaan (trust) kepada pemimpin yang pernah dipilihnya
PENYAKIT PARA PEMIMPIN.
Kalau kita dalami hadits di atas, ada dua sifat pemimpin yang paling menonjol dan paling banyak memancing reaksi rakyat, pertama berdusta (kidzb), dan kedua: berbuat dzalim (dzulm). Dua sifat ini, melekat seperti AC-DC bagi sebagian besar pemimpin. Karena itu, Rasulullah s.a.w menyebutnya sebagai ciri utama pemimpin yang korup; imāratus-sufahā’.
Pemimpin seperti ini –tulis Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah (661-728 H)- adalah penguasa-penguasa yang tidak bermoral dan karena itu tidak ada kewajiban untuk patuh pada mereka. Imam Ibnu Taimiyah juga menistai para ulama dan kaum cerdik-cendikia yang mendukung penguasa-penguasa ini. Nabi s.a.w sendiri mengatakan, “laysuw minniy walastu minhum,” mereka bukan golonganku dan aku bukan bagian dari mereka. Diujung hadits ini, Nabi s.a.w bersabda: “Wahai Ka'b bin 'Ujrah manusia dalam suasana seperti ini terbagi dua tipe; pertama yang menjual dirinya tapi kemudian membebaskannya (mendukung lalu berbalik), kedua ia menjual dirinya kemudian ia menghancurkan dirinya (mendukung penuh dalam kesalahan).” Musnad Abdu Ibni Humeid, no.:1138.
CIRI PEMIMPIN BERMASALAH.
Dalam Islam pemimpin yang tidak bisa menjalankan amanah dengan baik, tidak berpihak kepada rakyatnya, maka pemimpin tersebut dikenal dengan pemimpin yang tidak amanah alias pemimpin yang bermasalah. Secara normatif, ada beberapa ciri pemimpin yang tidak amanah.
Pertama, pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian, sebagaimana syarat pemimpin yang disepakati ulama Islam, seperti syarat keislaman, baligh dan berakal (kematangan), lelaki (ketokohan), kafa’ah (kemampuan), merdeka atau bukan budak (kemandirian) dan sehat indera dan anggota badannya. Kewajiban masyarakat adalah bagaimana memunculkan pemimpin berpedoman pada syarat-syarat yang dituntut dalam Islam. Jika tidak maka kita semua berdosa, bahkan dosa besar. Kita semua harus berjihad untuk mewujudkan hal itu..
Kedua, mementingkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Jika pemimpin yang amanah melaksanakan segala kepemimpinannya untuk semua rakyat dan bangsanya, maka pemimpin yang tidak amanah melakukannya hanya untuk diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Ia tidak menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Ia juga tidak mengembangkan kekayaan negeri untuk kepentingan rakyatnya, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya saja, bahkan bila perlu dengan mengorbankan rakyat dan negaranya.
Ketiga, suka berprilaku zhalim. Ciri umum pemimpin bermasalah adalah bersifat zhalim. Dia melaksanakan kepemimpinan itu bukan untuk melaksanakan amanah, melainkan untuk berkuasa dan memiliki segala kekayaan negeri sehingga dapat berbuat zhalim kepada rakyatnya. Yang dipikirkan adalah kekuasaannya dan fasilitas dari kekuasaan itu, tidak peduli rakyat menderita dan sengsara bahkan tidak peduli tumpahnya darah rakyat karena kezhalimannya.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya akan datang di tengah-tengah kalian para pemimpin sesudahku, mereka menasihati orang di forum-forum dengan penuh hikmah, tetapi jika mereka turun dari mimbar mereka berlaku culas, hati mereka lebih busuk daripada bangkai. Barang siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kesewenang-wenangan mereka, maka aku bukan lagi golongan mereka dan mereka bukan golonganku dan tidak akan dapat masuk telagaku. Barang siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kesewenang-wenangan mereka maka ia adalah termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka, dan mereka akan datang ke telagaku.” (HR. At-Thabarani, Juz 19:160. Berkata Imam al-Haitsami, rijaluhu tsiqat, Majma’ Zawa’id, Juz 5:238)
Keempat: menyesatkan umat. Pemimpin yang bermasalah akan melakukan apa saja untuk menyesatkan umat. Misalnya, dengan kekayaan yang diperoleh secara zhalim membeli media masa untuk menjadi ‘corongnya’. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari Dajjal –laknatullah-. Rasul saw bersabda: “Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atas umatku; yaitu para pemimpin yang sesat” (HR Ahmad, isnaduhu shahih ‘ala syarthin-muslim).
Kelima: membuat rusak dan hancur seluruh tatanan sosial masyarakat. Pemimpin yang tidak amanah akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran (al-fasiq wal fasad). Salah satu bentuknya adalah menjadi dominannya seluruh bentuk kemaksiatan, seperti kemusyrikan, sihir dan perdukunan, zina dan pornografi, minuman keras dan Narkoba, pencurian dan korupsi, pembunuhan dan kekerasan, dll.
KEWAJIBAN KITA.
Untuk menciptakan masyarakat marhamah, kita harus memunculkan pemimpin yang adil, yaitu pemimpin yang senantiasa menegakkan keadilan dan berbuat untuk kemaslahatan duniawi dan ukhrawi rakyatnya.. Kita harus berjihad untuk sebuah proses lahirnya pemimpin yang adil. Kita harus menyiapkan ibu-ibu yang akan mencetak pemimpin yang adil. Kita juga harus menyiapkan sarana untuk terciptanya pemimpin yang adil, Dan akhirnya kita harus berda‘wah, beramar ma’ruf nahi munkar agar mendapatkan pemimpin yang adil.
“Manusia yang paling dicintai Allah dan yang paling dekat kedudukannya di hari kiamat adalah imam yang adil. Dan manusia yang paling dibenci Allah dan paling keras azabnya adalah imam yang zhalim” (Hadits hasan HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan al-Baihaqi. Shahihul-Jami’:1001)
Sudarman,S.Hum, MA.
Mahasiswa S3 Doktor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dosen Arkeologi Islam di IAIN Imam Bonjol Padang.
Alumni Pesantren Persatuan Islam (Persis) Abu Hurairah Sapeken
Tidak ada komentar:
Posting Komentar