Buletin Al-Jazeera dibagi secara cuma-cuma ke Masjid-masjid di Kepulauan Sapeken, Kangean, Bali, Kupang, Batam dan Jakarta dalam rangka program pencerdasan ummat. Infaq dan sedekah anda sangat membantu kelangsungan buletin dakwah ini. Salurkan bantuan anda ke Bank Mandiri Cabang Jakarta Kramat Raya no.rek: 1230005638491 an: Khairiyah (0813-1132.7517)

Senin, 06 September 2010

PESAN IEDUL FITHRI NABI SAW

Buletin Al-Jazeera, edisi 09/th.2/2010
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ فَقَامَتْ امْرَأَةٌ مِنْ سِطَةِ النِّسَاءِ سَفْعَاءُ الْخَدَّيْنِ فَقَالَتْ لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لأنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ قَالَ فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ يُلْقِينَ فِي ثَوْبِ بِلاَلٍ مِنْ أَقْرِطَتِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ
Dari Jabir bin Abdullah RA ia berkata; Aku telah mengikuti shalat hari raya bersama Rasulullah sallallahu alaihi wasallam . Beliau memulainya dengan shalat sebelum menyampaikan khutbah, tanpa kumandang adzan dan Iqamat. Selesai sholat, Nabi sallallahu alaihi wasallam  berdiri sambil bersandar pada Bilal. Nabi sallallahu alaihi wasallam  memerintahkan untuk selalu bertaqwa kepada Allah, dan memberikan anjuran untuk selalu mentaati-Nya. Nabi memberikan nasehat kepada manusia dan mengingatkan mereka. Setelah itu, Nabi berlalu hingga sampai di tempat kaum wanita. Nabi memberikan nasehat dan peringatan kepada mereka. Beliau bersabda: "Bersedekahlah kalian, karena kebanyakan kalian akan menjadi bahan bakar neraka jahannam." Maka berdirilah seorang wanita terbaik di antara mereka dengan wajah pucat seraya bertanya, "Kenapa ya Rasulullah?" Nabi menjawab: "Karena kalian lebih banyak mengadu (mengeluh) dan mengingkari kelebihan dan kebaikan suami." Akhirnya mereka pun menyedekahkan perhiasan yang mereka miliki dengan melemparkannya ke dalam kain yang dihamparkan Bilal, termasuk cincin dan kalung-kalung mereka." Shahih Muslim [2003]

HILAL BARU CAHAYA BARU.
Idul Fithri adalah penutup amaliah ramadhan, seiring dengan tampaknya hilal 1 Syawal. Kegiatan awal dan akhir ramadhan memang ditandai oleh munculnya hilal baru, disusul oleh kumandang takbir sebagai tanda syukur dan harap semoga hilal yang baru tampak ini membawa cahaya dari Rabbnya. Cahaya keamanan, keimanan, keislaman, keselamatan, kesehatan, kesejahteraan dan taufiq, bagi orang banyak di muka bumi ini. Ketika mengomentari doa melihat hilal ini, Imam Hakim mengatakan, "setiap pergantian bulan baru dengan tampaknya hilal tanggal 1, Allah tabaraka wa ta'ala menetapkan qadha' yang baru atas semua makhluk." Karena itu Nabi sallallahu alaihi wasallam  mengajarkan doa melihat hilal sebagai tanda syukur nikmat. Sebab hilal membawa berkah, kebaikan dan kemashlahatan untuk alam ini. (Imam Al-Munawi. Faidhul Qadir, Juz 5/172, Mesir: Maktabah Tijari Al-Kubra, 1356 H)

Takbir Idul Fithri dikumandangkan mulai dari habis sholat Maghrib sampai naiknya imam ke atas mimbar. Dari rumah ke tempat sholat, para Jama'ah diserukan untuk takbir bersama keluarga. Allah berfirman, walitukmilul'iddata walitukabbirullaha 'ala ma hadakum wa la'allakum tasykurun, al-Baqarah:185. Maksudnya ketika sudah sempurna bilangan puasa ramadhan dengan tampaknya hilal 1 syawal bertakbirlah kalian, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya sebagai tanda syukur kepada Allah subhaanahu wata'aala.

Takbir adalah tanda keagungan sebagai syiar sholat Idul Fithri yang diulang kembali pada 7 takbir pada rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua yang kemudian diperdengarkan lagi pada waktu khutbah oleh khatib. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahi'l-hamd.

Tulis Imam Ibnu Taimiyah (661-728 H) takbir memang syiar terbesar ibadat. Takbir menjadi syiar bagi kumandang adzan dan iqamat, bagi semua shalat, bagi 2 hari raya Islam, bagi thawaf, dan bagi mereka yang menaiki tempat yang tinggi atau menyaksikan keajaiban alam. Takbir adalah 'aqidah wa suluk; dengan takbir hati dan jiwa seseorang tergerak dan bergetar merasakan keagungan Allah dan kekerdilan diri seorang hamba. "Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Al-Jatsiyah [45]:37. Jadi dengan berhari raya, Allah kita dudukkan sebagai Rabbul-'Alamin, sementara kita sendiri tampil tawadhu', rendah diri, dengan taat dan patuh kepada Allah Jalla Jalaluh.

Abu Hurairah RA menceritakan, malaikat Jibril pernah duduk di samping Nabi sallallahu alaihi wasallam , beliau melihat ke langit dan mendadak ada malaikat yang turun dari langit. Malaikat Jibril pun berkata: "Sesungguhnya malaikat ini belum pernah turun sejak diciptakan." Malaikat itu berkata; "Wahai Muhammad, Rabbmu telah mengutusku kepadamu." Dia berkata; "Apakah kamu ingin Rabbmu menjadikanmu seorang raja dan seorang Nabi ataukah seorang hamba dan seorang utusan." Lalu Jibril menyela: "Bertawadhu'lah kamu kepada Rabbmu wahai Muhammad." Jawab Nabi: "laa bal 'abdan rasuwlaa, tidak; aku pengennya jadi seorang hamba dan utusan saja." HR.Ahmad dan Ibnu Hibban, As-Shahihah Syeikh Albani no.:1002.

KEAGUNGAN HARI RAYA.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengalami Idul Fithri sebanyak 9 kali, 8 kali sholat diselenggarakan di tanah lapang (mushalla) di pintu timur kota Madinah, sekali di dalam Masjid Nabawi ketika terjadi hujan. Hari raya Islam, sangat luar biasa, sarat dengan nilai dan hikmah yang besar. Idul Fithri didahului oleh ibadat; shiamu dan qiamu ramadhan, sholat tarawih dan witir, i'tikaf, zakat infaq sedekah dan ibadat lain. Di hari raya Islam dilarang puasa, sedang dihari raya agama lain diperintah untuk puasa. Orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram, di hari raya mereka.

Nabi bersabda, setiap bangsa punya hari raya, di mana Idul Fithri adalah hari raya kaum Muslimin; hunna 'îdunâ ahla'l-islâm, atau hâdzâ 'îdunâ, demikian Nabi s.a.w menyebutnya. Seolah beliau ingin berpesan, hari raya Islam berbeda jauh dengan hari raya agama manapun. Saat itu Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu'anh berkata saat menyaksikan pertunjukan di rumah Nabi s.a.w: "amazaamiru's-syaithan fi baiti Rasulillah, kok seruling syetan ada di rumah Nabi?" Apa jawab Nabi s.a.w: "tidak mengapa wahai Abu Bakar, ini hari raya kita." Shahih Bukhari [2/29;4/225]; Shahih Muslim [3/21] dari 'Aisyah.

Nabi sallallahu alaihi wasallam berpesan: "jangan sampai ada yang tidak kebagian makanan hari ini, kayakan mereka pada hari ini." Nabi juga berpesan: "adapun orang kaya di antara kalian maka Allah akan membersihkannya, sementaran orang fakir di antara kalian maka Allah akan mengembalikan baginya yang lebih banyak dari yang ia berikan." Abu Dawud [1619]; Imam Ahmad [23714].

PESAN IDUL FITHRI.
Ketika mengakhiri Ramadhan, Nabi bersabda: "raghima anfu rajulin dakhala 'alayhi ramadhan tsumma'n-salakha qabla an yughfara lahu." Rugilah orang yang memasuki dan mengakhiri Ramadhan sementara dosanya tidak Allah ampuni." Tirmidzi dll, Shahihul-Jami' [3510]. Kemana pahala puasanya? Orang itu hanya kebagian haus dan lapas, hanya mendapat cape dan letih. Dan inilah orang yang tekor, paling merugi tiada tara. (HR.Nasa'i dari Abu Hurairah. Takhrijul Ihya':443).

Nabi sallallahu alaihi wasallam berangkat dari rumah bersama keluarga dengan sarapan terlebih dahulu pada hari raya Idul Fithri dan sebaliknya tidak sarapan pada hari raya Adha diiringi takbir hingga ke tanah lapang. Di tangan beliau ada tongkat yang dijadikannya sebagai pembatas; sutrah atau shaf shalat. Rasul s.a.w memerintahkan agar membawa serta keluarga ke tempat sholat, menyaksikan syi'ar dan kebaikan pada hari ini (yasyhaduwna'l-khaier) serta mengaminkan do'a kaum Muslimin sekalipun itu terhadap wanita haidh. (Muttafaq 'Alaih dari Ummu 'Athiyah).

Rasul sallallahu alaihi wasallam  mandi, memakai wewangian dan mengenakan pakaian yang paling indah saat keluar rumah. Nabi memiliki pakaian simpanan untuk sholat Jum'at dan 'Ied. Terkadang beliau mengenakan dua mantel berwarna hijau dan terkadang satu mantel berwarna merah. Tapi bukan merah menyala seperti anggapan banyak orang. Warna merah itu hanya sekedar berupa garis seperti model kain Yaman. Disebut merah karena ada warna merah yang menyelip pada mantel itu.

Untuk sholat 'Iedul Fihtri beliau agak menunda pelaksanaannya dari waktu dhuha, ketika tinggi matahari sepanjang tombak, tidak ada sholat sunnah apapun, qabliyah maupun ba'diyahnya. Nabi sallallahu alaihi wasallam  mendahulukan sholat daripada khutbah, demikian pula Abu Bakar,'Umar,'Utsman dan 'Ali (Muttafaq 'Alaih). Selesai sholat, Nabi berkhutbah.

ISI KHUTBAH IED NABI
Ibnu 'Abbas RA menuturkan, dalam khutbahnya Nabi sallallahu alaihi wasallam  menyampaikan pentingnya kesetiaan dan keistiqamahan, beliau mengingatkan janji setia para Sahabat saat masuk Islam, ketika hijrah dan berjuang bersama Nabi, seperti direkam dalam Al-Mumtahanah:12. Dalam kesempatan itu, Nabi s.a.w menyuruh para hadirin untuk bersedekah. Bilal bin Rabah RA menggelar sorbannya. Para Hadirin memberikan sedekahnya. Para Shahabiyah mengeluarkan perhiasan mereka dan segala yang bernilai yang mereka punya. Nabi mengulang-ulang sabdanya: "bersedekahlah kalian, bersedekahlah kalian." Berdindinglah kalian dari adzab api neraka meskipun dengan sedekah separoh biji kurma. Sebelumnya, perintah sedekah ini Nabi sallallahu alaihi wasallam  sampaikan juga 2 hari menjelang lebaran terkait dengan pengumpulan zakat fithrah. Nabi sallallahu alaihi wasallam  serukan kepada ahli Madinah, saling bekerjasamalah kalian mengumpulkan shadaqatul-fithrah sesama kalian. Jika ada yang belum tahu, ajarilah mereka. Jika kalian punya kelebihan, maka luaskanlah hajat saudara kalian. (HR Ahmad [2018])

Kepada Hudzaifah Ibnul-Yaman RA, Nabi berpesan: "kumpulkanlah untukku beberapa orang Sahabat." Kuatirkah engkau terhadap kami wahai Rasulullah, tanya Hudzaifah. Nabi bersabda: "kalian tidak dapat mengira bahwa pada suatu saat nanti kalian akan mendapat ujian." Hudzaifah berkata: "dan ujian itu tampak, sehingga di antara kami pernah sholat secara sembunyi-sembunyi karena kuatir pada penguasa." (Shahih Bukhari:3060).

Abu Said al-Khudri RA mengatakan di awal Idul Fithri, Nabi sallallahu alaihi wasallam  bahkan menyampaikan khutbahnya di atas kendaraan. Atau berdiri dengan cara bersandar pada batang pohon kurma, pada tongkat bahkan pada badan Sahabat, sampai akhirnya mimbar dibuat.

Abu Taw Jieh Rabbani Kemayoran, Jakarta Pusat



Tidak ada komentar: