Buletin Al-Jazeera, edisi 08/th.2/2010
عَن أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ ﴿رواه النسائي (1 / 322), وقال المنذري في (مختصر السنن) (3 / 320) : (وهو حديث حسن), وحسنه الألباني فى الصحيحة –برقم: 1898﴾
Dari Usamah bin Zaid ra, aku bertanya kepada Rasulullah saw: "wahai Rasulullah, mengapa engkau banyak berpuasa melebihi bulan-bulan lain seperti puasamu pada bulan Sya'ban ini?" Nabi saw menjawab: "Bulan Sya'ban, bulan yang manusia sering melupakannya antara Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan yang amal diangkat padanya ke sisi Allah Rabbul 'Alamin. Aku suka jika amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa." Sunan Nasa'i (1:322). Imam Al Mundziri dalam Mukhtashar As Sunan (3:320) mengatakan: ini hadits hasan. Syeikh Albani menghasankan dalam As Shahihah no.:1898, juga Shahihul Jami' no.:1022, Shahih Sunan Nasa'i (2221)
IFTITAH.
Bulan-bulan Islam adalah bulan ibadah. Setiap tampak bulan baru, kaum muslimin diserukan untuk membaca takbir 3 kali lalu mengiringinya dengan doa yang sangat indah: "allaahumma ahillahuw 'alaynaa bil-amni wal-iimaan was-salaamati wal-islaam wat-taufiq limaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa rabbunaa wa rabbukallaah." Ya Allah tampakkanlah hilal itu atas kami dengan suasana aman, iman, keselamatan, Islam dan taufiq untuk melakukan apa yang dicintai dan diridhai Rabb kami. Bukankah Rabb kami dan Rabb kalian adalah Allah." Hasan, HR.Darimi,Ahmad,Tirmidzi,Thabarani dari Ibnu Umar dan Anas bin Malik. (Imam Al-'Iraqi. Takhrijul Ihya' (1110)
Doa ini nyaris dilupakan dan mulai semakin jauh dari kaum Muslimin seiring dengan tergesernya otoritas kalender hijriyah. Padahal muatan doa ini sangat dibutuhkan dan memiliki nuansa 'aqidah yang tinggi untuk menggerakkan roda kehidupan masyarakat. Doa ini menyimpulkan ada pengaruh kuat antara cahaya bulan dengan kesuksesan kerja, dengan kemudahan urusan atau lancarnya aktifitas duniawi dan ukhrawi manusia bumi.
Kalau doa di atas dibaca setiap awal bulan Qamariyah, maka pada pertengahan bulannya yakni; 13,14,15 tiap bulan Qamariyah ada puasa ayyamul-bidh. Di saat mana kondisi alam terutama bulan purnama cahayanya lagi penuh. Di tanggal ini, terjadi proses genetik, hormon lagi subur-suburnya. Saat ini Allah menyempurnakan tahapan penciptaan janin. Karena itu, ada anjuran puasa tiga hari berturut-turut setiap bulan. Hikmahnya, untuk mensyukuri nikmat penciptaan sekaligus sebagai pengendalian hormon seksual yang sedang meninggi saat itu. Imam Baghawi (436-510 H), Faqih Syafi'iyah dari Khurasan dalam tafsir Ma'alimut-Tandzilnya mengatakan: "siapa yang menunaikan puasa ayyamul-bidh ini setiap bulan, maka ia termasuk orang yang mengamalkan ayat "was-shâ'imîna was-shâ'imât" (Tafsir Al-Baghawi, surah 33:35).
Islam punya 12 bulan, 4 di antaranya adalah bulan suci sebanyak 69 hari (at-Taubah:36). Dua bulan memuqaddimahi pelaksanaan haji yaitu bulan Rajab dan Dzulqa'dah. Tiga bulan secara mutataliyat; maraton. Dzulqa'dah berangkat haji, Dzulhijjah pelaksanaan, Muharram pulang haji. Ini yang Al-Qur'an sebut dengan mawâqît jama' dari miqat dalam al-Baqarah:189. Para ahli astronomi bahkan menyebutnya dengan miqat global (al-miqat al-'alami), karena cahaya bulan menembus petala bumi, timur maupun barat.
Jika haji dimuqaddimahi oleh bulan miqat, ramadhan pun demikian, maka Rajab dan Sya'ban sesungguhnya adalah muqaddimah bulan Ramadhan. Imam Ibnu Rajab (736-859 H), Faqih Hanabilah menyetir perkataan Ulama Salaf dalam Latha'iful-Ma'arif: "Rajab menyiram, Sya'ban menanam dan Ramadhan memanen. Bagi para shalihin, bertemu dengan bulan suci adalah kebaikan yang dinanti. Munajat doa para shalihin sebagai buktinya. Mereka tidak saja berdoa, melainkan menjadikannya sebagai aksi nyata "wa a'thâ kulla sâ'il," bulan berbagi terhadap fuqara-masakin. Kepala Negara di zaman kesulthanan Islam menjadikan 3 bulan ini sebagai bulan memberikan remisi. Rajab dan Sya'ban adalah azman al-fadhilah; gerbang utama menyambut datangnya tamu agung Ramadhan.
SYA'BAN CARI BEKAL RAMADHAN.
Sya‘ban bulan ke-8, berasal dari akar kata sya‘aba-yasy‘abu-sya‘bân wa sya'bânât artinya tampak atau muncul. Maksudnya muncul di antara dua bulan suci, yaitu Rajab dan Ramadhan. Bisa juga dari pecahan kata tasyâ’aba-yatasyâ’abûn, artinya keluar atau bercerai-berai, untuk mencari air atau untuk tujuan penyerbuan ketika bulan Rajab berlalu, sebagian mengatakan keluar dalam makna rihlah dagang untuk persiapan bekal ramadhan. Ada juga yang mengartikan Sya'ban dengan menghimpun sesuatu (rahmat) yang bercerai-berai atau mengumpulkan dua jarak (waktu) yang berdekatan. Demikian kurang lebih keterangan Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Fathul Bari', Juz 4:251. Beirut: Dar Al Ma’rifah.Tahqiq: Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Abu Al Fadhl,1379 H/1959 M, dan A-Shahihain oleh Imam Ibnul Jauzi (3/319)
Imam Ibnu Dureid (w.359 H) melaporkan: "Kabilah-kabilah 'Arab kuno dulunya suka berkumpul untuk merencanakan perjalanan dagang mereka. Tatkala ada kabilah dagang yang sudah berangkat, mereka mengabarkannya satu sama lain; "tafarraqa sya'ban bani Fulan, rombongan dagang Bani Fulan sudah berangkat." (Al-Jamharah,1/292).
Intinya, Allahu Ta'ala menyebarkan banyak kebaikan pada bulan ini, sehingga Rasulullah banyak berpuasa, melakukan qiamul-lail, bersedekah dan menyerukan pada para Sahabat untuk meramaikan bulan ini dengan ibadat.
Sebagian riwayat menyebutkan, kisah bengkaknya kaki Rasulullah karena sholat malam adalah pada bulan ini, Rasulullah memperbanyak ibadat, padahal dosa beliau sudah diampuni oleh Allah baik yang terdahulu maupun yang terkemudian. Di bulan Sya'ban puasa Nabi tidak putus-putusnya. Para Sahabat banyak membebaskan budak dan tawanan di bulan ini, sebagian Salafus-Shalih mengeluarkan zakat Malnya pada bulan Sya'ban, mendoakan keluarga dan saling silaturrahim.
Sahabat 'Ammar bin Yasir menyambut bulan Sya'ban hampir setara dengan penyambutannya terhadap bulan Ramadhan dalam hal amal kebajikan. 'Amr bin Qais Al Mala'ie adalah orang yang paling pandai membagi waktunya untuk melatih diri qiamul lail dan tilawah Qur'an. Isteri 'Amir bin 'Abd Qais Rahimahullah berkata, orang-orang pada tidur malam, sedang engkau tidak tidur.
Ahnaf bin Qa'is rahimahullah tidak muda lagi, orang banyak berkata, kau ini sudah tua tapi kuat sekali berpuasa. Sebagian Salaf mengatakan, sabaqani'l-'abidun, ibadatku tidak ada apa-apanya ketimbang amalannya para ahli ibadat sebelumku. Para pejabat Negara di zaman awal Islam banyak membagi hadiah pada fuqara' masakin pada bulan ini (As-Suluk Li Ma'rifati Dawl al Muluk oleh Imam Al Maghrizi).
DAYA TARIK BULAN SYA'BAN.
Bulan Sya'ban menyimban banyak kenangan amal, terkait dengan diangkat dan dilaporkannya amal ke sisi Allah Jalla wa'ala. Di bulan ini ada pengangkatan amal berdasarkan hadits Usamah bin Za'id radhiyallahu'anh. Para ahlul 'ilmi memerinci tentang pengangkatan amal ini; ada pengangkatan amal yang sifatnya harian (RAF'U YAUMI), Shubuh di catat, Ashar dilaporkan, seperti firman Allah dalam Ar-Rahman:29 "kullu yaumin huwa fi sya'n."
Tentang pengangkatan amal harian dapat disimak dalam hadits Abu Musa Al-Asy'ari:
عَنْ أَبِي مُوسَى ، قال:قَامَ فِيْنَا رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ ، فَقَالَ : إِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَنَامُ، وَلاَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ وًيرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النهارِ، وَعَمُلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ . حِجَابُهُ النُّورُ. لَوْ كَشَفَهُ لأحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ.
Dari Abu Musa alaihi wasallam dia berkata, "Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berdiri menerangkan kepada kami lima perkara dengan bersabda: "Sesungguhnya Allah subhanahu wata'aala tidak pernah tidur dan tidak ada kata tidur untuk-Nya. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Kemudian akan diangkat (dilaporkan) kepada-Nya segala amalan pada waktu malam sebelum (dimulai) amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepada-Nya sebelum (dimulai) amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah cahaya. (HR. Muslim (1/111); Ibnu Majah (195-196)
Ada pengangkatan amal yang sifatnya pekanan (RAF'U USBU'I), seperti hari Senin dan Kamis (Shahihul Jami' Syeikh Albani no.:1570,1583). Ada pada empat bulan-bulan suci (RAF'U MU'AYYAN) seiring dengan puasa asyhuril-hurum, dan ada pengangkatan amal bersifat tahunan (RAF'U SANAWI) yaitu pada bulan Sya'ban untuk didaur ulang pada bulan suci Ramadhan, sebagaimana firman Allah dalam Ad Dukhan:3-4, didukung oleh Hadits Usamah bin Zaid radhiya'l-lahu seperti kutipan awal tulisan ini.
AJAL & BULAN SYA'BAN.
Penulisan kembali ajal manusia. Ajal manusia ditulis ketika berumur 120 hari, itulah ruh atau nyawa, saat pertama kali mau dihadirkan ke dunia. Ajal itu ada dua; ada ajal qadha'i, yang ditetapkan terdahulu dan ada ajal ikhtiari, yaitu ajal yang ditinjau ulang karena sebab-sebab tertentu di sisi Allah s.w.t. Yang pertama adalah ajal umum,yaitu ajal untuk hidup sedang yang kedua adalah ajal khusus,ajal untuk mati. Rujuklah Tafsir Al-An'am ayat 2. Ajal khusus adalah ajal kematian yang Allah Ta'ala tuliskan kembali seiring dengan amal perbuatan manusia dan roda pergantian waktu, seperti misalnya di bulan Syawal.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَت:أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ. قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَيْكَ أَنْ تَصُومَهُ شَعْبَانُ ، قَالَ : إِنَّ اللَّهَ يَكْتُبُ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مَيِّتَةٍ تِلْكَ السَّنَةَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يَأْتِيَنِي أَجَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
(رواه أبويعلى بإسناد حسن، وهو في الصحيح وغيره بغير هذا السياق)
'Aisyah radhiyallahu'anha menuturkan bahwa Nabi s.a.w mempuasakan bulan Sya'ban, seluruhnya. 'Aisyah bertanya: "wahai Rasulullah, bulan yang paling kau sukai untuk mempuasakannya adalah bulan Sya'ban." Jawab Nabi s.a.w: "sesungguhnya Allah menuliskan atas setiap jiwa (nyawa) yang akan mati di tahun itu, maka aku suka ketika malaikat mendatangiku untuk mencatat ajalku, aku dalam keadaan berpuasa." Hadits hasan, HR. Imam Abu Ya'la (4911). Hadits ini dikokohkan oleh Imam Al-Mundziri dalam at-Targhib (2/79) dan Imam Al-Bushairi dalam Ittihaful-Khiyrah (2241). Ditarjih oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul-Bari', Juz 4:215, dan Syeikh Mubarakfuri dalam Tuhfatul-Ahwadzi, Juz 3:362. Sedang Syeikh Albani mendhaifkannya dalam Dhaifut-Tarhib no.:619 dan ad-Dhaifah no.:5086.
Bahagia rasanya, umur kita dipertemukan kembali oleh Allah Yang Maha Rahman ke bulan maghfirah ini. Imam Yahya bin Abi Katsîr At-Thâ'iy, imam hadits terbaik di zamannya (w.132 H) mengatakan, "tidak ada suatu nikmat terbesar melebihi nikmatnya bertemu lagi dengan ramadhan." Selanjutnya beliau berdo'a; "Allâhumma sallimniy ilâ ramadhân wa sallim liy ramadhân wa tusallimuhu minniy mutaqabbalâ," Ya Allah sampaikanlah umurku pada bulan ramadhan, dan selamatkan aku ke bulan ramadhan dan terimalah amal yang ada padaku di bulan ramadhan." Para ahlul ‘ilmi mengatakan: “idrâku syahri ramadhan turfa’u bihî ad-darajât,” ketemu dengan bulan ramadhan dapat mengangkat derajat. Mudah-mudahan.
Drs. H. Syamsul Bahri, MH
1 komentar:
buletin ne di tambangan lagi.barah tuane bermenfaat bagi umat islam memon.didik sapangkur
Posting Komentar