Buletin Al-Jazeera dibagi secara cuma-cuma ke Masjid-masjid di Kepulauan Sapeken, Kangean, Bali, Kupang, Batam dan Jakarta dalam rangka program pencerdasan ummat. Infaq dan sedekah anda sangat membantu kelangsungan buletin dakwah ini. Salurkan bantuan anda ke Bank Mandiri Cabang Jakarta Kramat Raya no.rek: 1230005638491 an: Khairiyah (0813-1132.7517)

Senin, 18 Juni 2012

MARI, ANTISIPASI DARI SEKARANG

Buletin Al-Jazeera, edisi 21/Th.4/2012

قال الله تعالى: أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ  [العنكبوت: 19]
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” al-Ankabut:19

حَدِيْثُ ابْنُ عَبَّاسٍ: اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتِكَ قَبْلَ سَِقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَراَغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ" أخرجه ابن أبي الدنيا فيه بإسناد حسن ورواه ابن المبارك في الزهد من رواية عمرو بن ميمون الأزدي. قال المناوي في الفيض (1/15) قال العراقي: إسناده حسن)
Ibnu ‘Abbas  meriwayatkan: “Jagalah lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, hidupmu sebelum matimu.”
Hadits hasan, HR. Ibnu Abi’d-Dun’yâ dengan sanad yang hasan, Imam Ibnul Mubârak dalam az-Zuhud meriwayatkannya dari ‘Amr bin Maymun al-‘Azdiy. Berkata Imam al-Manâwî dalam Faidhul Qadîr (Juz I:51), Imam al-‘Irâqî menghasankan hadits ini. Dishahihkan oleh Syeikh Albani dala Shahih Targhib (3355), dan di Shahihul Jami’ (1957)
Guneim bin Qais , Shighar Shahabi (w.91H) mengatakan, “Di awal Islam para Sahabat menjadikan 5 perkara ini sebagai pesan dan nasehat di antara mereka.” (al-Hilyah Abu Nueim,Juz 6:200)


LATARBELAKANG
a.      Perhitungan tentang hal-hal yang belum terjadi, sangat penting artinya dalam hidup dan kehidupan. Sebab hidup ini sendiri adalah bagian dari rencana-rencana. Rencana dipakai untuk memantapkan tujuan. Rencana bagian dari ilmu sedia payung sebelum hujan, berbekal sebelum pergi atau walā tamuwtunna illā wa antum muslimūn. Karena itu, segala sesuatunya sudah harus dipersiapkan sejak dini. Mulai dari sekarang, dari yang paling kecil, ringan dan mudah.  Dan di sinilah arti penting rencana, rancangan, program, konsep, naskah atau draft, catatan-catatan, laporan-laporan; untuk menjadi pijakan/tumpuan sebelum melangkah. Salah satu hadits yang perlu dirujuk dalam kaitan ini adalah,


عَنْ صُهَيْبُ الْخَيْرِ,عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيُّمَا رَجُلٍ يَدِينُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا

Dari Shuhaib al Khair  dari Rasulullah , beliau bersabda: "Siapa saja berhutang dan ia berencana untuk tidak membayarnya kepada pemiliknya, maka ia akan menjumpai Allah dengan status sebagai pencuri.”
Hadits hasan, HR Ibnu Majah (2410). Berkata Imam Al Mundziri dalam at-Targhib, Juz 2:372, isnāduhū muttasil, sanadnya bersambung. Imam al-Bushairi, Juz 3:64, hādzā isnad hasan.

b.      Ayat dan hadits di atas ingin menjelaskan pentingnya perhitungan/antisipasi sebelum melangkah agar; (1) supaya kerja manusia tersusun rapi dan mendapatkan hasil yang memuaskan, (2) supaya apa yang manusia rencanakan sesuai antara harap dengan nyata, antara idealita dengan realita, (3) supaya perasaan dan mental seseorang terkondisikan ketika terjadi kesenjangan, kekecewaan atau bahkan kegagalan, (4) supaya manusia tidak menderita kerugian yang fatal ketika hal yang dimaksudkan tidak tercapai secara memuaskan, sudah jatuh ketiban tangga lagi, (5) supaya manusia tidak menyalahkan dirinya sendiri, tidak mencerca masa atau menistai taqdirnya.  Dan disinilah gunanya kasab, ikhtiar, doa dan tawakkal. 


عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاقَةٌ تُسَمَّى الْعَضْبَاءَ لاَ تُسْبَقُ فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ عَلَى قَعُودٍ فَسَبَقَهَا فَشَقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَلَمَّا رَأَى مَا فِي وُجُوهِهِمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ سُبِقَتْ الْعَضْبَاءُ قَالَ إِنَّ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يَرْتَفِعَ مِنْ الدُّنْيَا شَيْءٌ إِلاَّ وَضَعَهُ

Dari Anas bin Malik  berkata, "Dahulu Rasulullah  memiliki seekor unta yang dinamakan al-'Adhba` yang tidak terkalahkan dalam perlombaan. Kemudian datanglah seorang Badui di atas unta yang ditunggangi. Badui itu kemudian mendahului al-'Adhba`, sehingga hal tersebut membuat orang-orang Muslim serasa sesak. Kemudian ketika sebagian sahabat melihat raut muka sebagian yang lain ada tanda kekecewaan, maka berkatalah sebagian yang lain, "Wahai Rasulullah, al-'Adhba` didahului!" Maka beliau bersabda: "Sungguh, telah menjadi ketetapan Allah atas apa yang ada di dunia ini, bahwa tidaklah angkat kecuali Dia akan merendahkannya kembali."  Shahih Bukhari (2717, 6136)

c.       Dalam mencapai target dan tujuan, kesehatan adalah kekayaan termahal (ra’sul-māl) manusia setelah waktu luang;  Seorang dianggap beruntung, jika ia dapat menggunakan 2 nikmat ini dengan baik dan benar. Menyia-nyiakan waktu berarti melewatkan kesempatan emas untuk sukses.
Hidup manusia ini harus dipenuhi dengan segala macam aktifitas yang mendatang manfaat dan mashlahat.  Ia harus punya semangat dan tekad yang kuat untuk meraihnya. Jangan sampai ada penyesalan yang tak berguna di kemudian hari dan terseret menjadi orang yang maghbūn, orang yang lalai atau ghurūr; orang yang tertipu. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا أَوْ الدُّخَانَ أَوْ الدَّجَّالَ أَوْ الدَّابَّةَ أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ

Dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda: "Segeralah beramal sebelum (munculnya) enam (hal): terbitnya matahari dari barat, kabut, Dajjal, binatang, kekhususan salah seorang dari kalian (kematian) atau urusan umum (kiamat)." Shahih Muslim (2947)

FAEDAH HADITS:
a.      Manusia adalah anak waktu. Ia tidak bisa lepas dari ruang dan waktu. Waktu terus berjalan mengikuti garis perubahan. Waktu tak pernah kembali.  Sahabat Ibnu Mas'ud , Qari' Nabi s.a.w mengatakan, "tidak ada yang lebih aku sesali setiap hari di mana hari berganti dan umurku berkurang, selain dari terbenamnya matahari sedang amalku tidak nambah-nambah." Imam Hasan Al Bashri (21-110 H) berkata: "wahai anak Adam, kalian itu adalah hari. Jika hari itu lenyap, lenyap jugalah apa yang ada pada kalian. Aku sempat ketemu dengan beberapa Sahabat, mereka mengisi hari-harinya dengan amal, seperti kalian mengisi hari-hari dengan kesibukan mengumpulkan dirham dan dinar." (dari kuteib Qîmatuz-Zamân 'Indal-'Ulamâ', hal 27)

b.      Titik perubahan yang jarang manusia sadari adalah sunnah at-tahāwul, sunnah transisi yaitu perpindahan waktu ke waktu, seperti masa perpindahan usia dari anak-anak ke remaja, dari remaja ke dewasa, dari dewasa ke paruh-baya, dari paruh-baya ke manula/lansia. Tidak sedikit manusia merasa ia masih muda. Disemua titik perubahan ini, umumnya manusia tidak menyadari, atau tidak melakukan antisipasi dini dalam menyambut perubahan tersebut. Bahwa dia sudah sampai masanya, sudah mengalami saatnya. Bahwa sekarang saatnya berubah.

c.       Jaga 5 sebelum datang yang lima, maksudnya pergunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara yang lain. Karena siapa yang melewatkan 5 perkara ini dengan sia-sia tanpa karya yang berarti di dalamnya (al-manfa’ah al-maf’ūlah), maka kerugianlah yang didapat, ni’matāni maghbūnun fiyhimā katsīrun minannās; as-shihhah wal-farāgh,  2 nikmat yang suka disia-siakan orang banyak; nikmat sehat dan waktu luang, Shahih Bukhari (6049). Kenapa harus dipergunakan? Karena waktu adalah kesempatan (al-furshah). Seorang sahabat mendatangi Nabi s.a.w. Ia menyesal karena telah kehilangan orang tuanya. "Wahai Rasulullah, sungguh, aku telah berbuat dosa besar, apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?" beliau balik bertanya: "hal laka min ummin, Apakah kamu masih mempunyai ibu?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak." Kemudian beliau bertanya lagi: "hal laka min khālah, apakah kamu mempunyai bibi?" laki-laki itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berbaktilah kepadanya (fabirrahā)." HR Tirmidzi dan Hakim, Shahih Targhib no.: 2504

d.      Dengan hadits ini, Nabi  ingin mengajak;

(1) berkompetisi dalam ‘amal (bādiruw bil-a‘māl). Sebab waktu tak pernah kembali, kesempatan tidak terjadi dua kali. Seperti seruan Nabi  “bādiruw as-shubha bil-witri; "bersegeralah melakukan witir sebelum waktu Subuh." Shahih Muslim (750). Ibnu ‘Umar berkata:

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.'  Shahih Bukhari (6063)

(2) Pandai menggunakan waktu dan mengoptimalkannya semaksimal mungkin, supaya tidak menjadi orang yang tercela dan menyesal. Contoh penyesalan orang yang musyrik, “يَالَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا"Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku".al-Kahfi:42. Rasulullah  bersabda:


وَإِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ رَجُلاً فَاجِرًا يَقْرَأُ كِتَابَ اللَّهِ لاَ يَرْعَوِي إِلَى شَيْءٍ مِنْهُ

Dan diantara orang terburuk adalah pelaku dosa yang membaca Kitab Allah, namun ia tidak mau menghentikan keburukannya, atau menyesali atas kekhilafannya lalu meninggalkannya."
HR Nasai (3106), dihasankan oleh Syeikh Syuaib ornouth: Takhrijul Musnad, 11392 dengan banyaknya syawahid.
(3) Antisipasi dini, bahwa masa muda, diwaktu sehat, selagi kaya, semasa kuat, selagi menjabat adalah masa paling efektif dan efisien dalam melakukan amal. Nabi  bersabda tentang waktu terbaik menggunakan harta.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَك أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ فَقَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَلِفُلاَنٍ كَذَا أَلاَ وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

Dari Abu Hurairah  ia berkata; Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah   dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?" maka beliau pun menjawab: "Yaitu kamu bersedekah saat sehat, kikir, takut miskin dan kamu berangan-angan untuk menjadi hartawan yang kaya raya. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu, ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan. Dan ingatlah, bahwa harta itu memang untuk si Fulan." Shahih Bukhari (1353, 2597); Shahih Muslim (1032)
 Drs. H. Syamsul Bahri, MH

Tidak ada komentar: